Tuesday 29 March 2011

Inspirasi - Dewi Lestari


Dewi Lestari dan Jenny Jusuf)

Buku Rectoverso (insert: Jenny Jusuf dan Dewi Lestari)

[Gambar diambil dari facebooknya Jenny Jusuf]

When it comes to inspiration, the skill is just about how to be perceptive, sensitive, and agile enoughto ‘catch’ it. [Dewi Lestari]

Mungkin banyak diantara kita, pecinta novel Indonesia, yang sudah mengenal sosok penulis yang satu ini. Dewi Lestari, yang dikenal dengan nama pena ‘Dee’, adalah seorang penulis sekaligus penyanyi dalam trio vokal ‘RSD’ (Rida, Sita, Dewi). Namanya mulai dikenal di dunia tulis-menulis sejak buku triloginya yang berjudul ‘Supernova’ mendapat tempat di hati banyak orang. Tapi saya belum pernah membaca Supernova. Sudah gak ada di toko buku soalnya. Maklum, saya mulai tertarik dengan dunia sastra baru beberapa bulan belakangan. Sebelumnya, saat masuk ke toko buku, saya lebih sering berdiri di depan rak buku “sains dan teknologi” atau deretan buku “psikologi”.

Saya sendiri mulai mengenal tulisan Dee dalam bukunya yang berjudul ‘Rectoverso’ dan ‘Filosofi Kopi’.‘Rectoverso’ yang sudah saya baca puluhan kali dan dengarkan ratusan kali, menurut saya adalah sebuah karya yang sangat berekspresi, sangat bervisi, dan juga sangat penuh dengan emosi. Oleh karenanya saya sedikit kecewa ketika buku selanjutnya, Perahu Kertas, mempunyai bahasa yang “biasa” (beda dengan sebelum-sebelumnya yang “sangat sastra”) dan cerita yang cenderung “ngepop”, istilahnya.

Dari semua karya Dewi Lestari, saya paling suka dengan Rectoverso. Alasannya sudah saya tuliskan tadi. Ide buku ini juga bisa dibilang sangat brilian, karena bisa menggabungkan dua indera manusia untuk menikmatinya: pendengaran dan penglihatan; yang bisa membuat pembaca mudah mengimajinasikannya. Seperti jargon buku ini: sentuh hati dari dua sisi; dengarkan fiksinya, bacalah musiknya … membuat saya bisa termenung lama setiap selesai membaca salah satu kisahnya, sembari mendengarkan lagunya. Langsung kena di hati pokoknya!

Dari 11 lagu dan 11 kisah di dalam buku ini, menurut saya, lagu “Hanya Isyarat” dan kisah “Cicak di Dinding” adalah juaranya. Bagaimana menurut Anda, yang sudah menikmatinya juga?

********/*******

Penasaran dengan “behind the scene”nya? Dewi Lestari beberapa waktu lalu menuliskannya dalamaccount twitternya (@deelestari), dengan hashtag ‘#trivia’. Berikut beberapa diantaranya:

· Lagu ‘Curhat Buat Sahabat’ diciptakan saat Dee sakit, dan gak ada orang di rumah, lalu kepaksa beli obat sendiri di warung. Saat pulangnya, Dee membuat lagu itu.

· Refrein dan lirik lagu ‘Malaikat Juga Tahu’, muncul saat Dee sedang sikat gigi.

· ‘Selamat Ulang Tahun’ terinspirasi saat Dee mencari wartel (warung telkom) dan tidak ketemu (belum jaman seluler).

· Kisah ‘Aku Ada’ dibuat saat Dee membayangkan kalau anaknya sudah besar, dan Dee sudah tiada. Hanya bisa menemani dalam wujud yang tak lagi sama.

· Kisah ‘Peluk’ adalah hasil eksplorasi tema “putus cinta” yang bermartabat dan tidak termehek-mehek.

· ‘Cicak di Dinding’ dibuat tanpa piano/alat musik. Melodi dan lirik tercipta begitu saja saat trio vokal ‘RSD’ sedang show di Papua tahun 1998.

· ‘Firasat’ tercipta satu lagu lengkap plus liriknya, tanpa alat musik, saat Dee sedang rebahan di kamar kosnya dan melihat plafon kamarnya (Jakarta, 2002).

Lalu Dee menambahkan, “suka banyak yang tanya: ‘dapat inspirasi dari mana?’ Tapi kalau melihat pengalaman sendiri, inspirasi datang dari tempat yang tidak terduga. Dia (inspirasi) yang menghampiri, tanpa dicari.”

********/*******

Lalu bagaimana dengan Anda? Apakah sering susah mencari inspirasi? Atau sebenarnya Anda sedang memilah-milah inspirasi yang mendatangi Anda, lalu melewatkannya begitu saja karena menganggap semuanya biasa saja? Tapi bukankah sesuatu yang luar biasa datang dari hal-hal yang sebenarnya terlihat biasa?

Menurut pengalaman saya yang baru saja memasuki dunia tulis-menulis, apa yang Dee katakan itu benar adanya. Inspirasi itu lah yang sering datang menghampiri. Gak perlu dicari. Dia ada di sekitar kita, dimanapun kita berada. Kipas angin bisa menghembuskan inspirasi. Tuts keyboard bisa berubah menjadi inspirasi. Semut-semut yang sedang mengerumuni remah-remah di lantai kamar juga bisa membawa inspirasi. Bahkan kejadian-kejadian biasa yang dialami sehari-hari sebenarnya adalah sumber inspirasi. Hanya masalahnya, apakah Anda akan segera menangkapnya, mendokumentasikannya dengan segera menulisnya, ataukah hanya membiarkannya berlalu begitu saja?

Salah satu kebiasaan buruk manusia adalah menunda. Menunda makan yang berakibat sakit maag. Menunda istirahat yang berakibat sakit kepala. Menunda pekerjaan yang berakibat stres belakangan. Hingga menunda menulis saat inspirasi itu datang dan menyapa Anda. Bisa saja sebuah karya sastra besar atau cerita yang unik yang seharusnya bisa Anda tuliskan, terlewat begitu saja.

Menurut saya, hanya ada dua jenis penundaan yang berakibat baik. Pertama, menunda berhubungan seks sebelum menikah. Kedua, menunda berkata-kata jika belum yakin yang akan dikatakan adalah sebuah kebenaran yang bisa dipertanggung jawabkan [ajining diri ono ing lati: siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat.]

Sebuah cerita/artikel atau tulisan berbentuk dan berjenis apapun, saat pertama kali ditulis tidaklah harus langsung jadi. Bisa dibuat garis besarnya saja. Yang penting saat inspirasi itu mendatangi Anda, tidak dilewatkan begitu saja.

Dalam pengantar buku ‘Filosofi Kopi’, Dee mengatakan kalau karir seorang penulis adalah sebuah karir yang panjang. Dee banyak menulis cerita yang tak selesai, cerpen yang terlalu panjang hingga tak bisa dikirim ke majalah, novel terlalu pendek hingga tak bisa diikutkan dalam lomba, puisi setengah prosa atau prosa kepuisi-puisian, dan aneka bentuk lain yang sulit diberi nama hingga akhirnya didiamkan. Dan setelah melewati semua proses itu, Dee akhirnya bisa membuat sebuah buku.

Jadi, masihkah kita menunda mengerjakan segala sesuatu yang harusnya dilakukan saat ini?

Hari bekerja untuk si pemalas adalah besok, hari liburnya adalah hari ini. [John Wesley]

Lakukan, maka engkau akan mempunyai kekuatan untuk melakukannya. [Jenderal (Purn) Soetanto]

Bahan mentah karya-karya besar hanyut mengapung mengitari dunia, menunggu untuk dibungkus dengan kata-kata. [Thornton Wilder]


Source:

http://media.kompasiana.com/buku/2010/09/22/menangkap-inspirasi-ala-dewi-%E2%80%98dee%E2%80%99-lestari/

Tips Menulis - Dewi Lestari

(ini copy-paste dari blog Dewi Lestari, ga nemu link aslinya, karena saya baca blog itu sekitar tahun 2008-an)


Tips #1

1. To cut off excess emotion (and spare our readers’ eyes from suffering): Kurangi tanda seru, tanda baca berlebihan, titik-titik yang terlalu panjang, huruf yang dilipatgandakan untuk kesan dramatis (e.g., “aaaaaargh!”, “Iyaaaaaaaa… iyaaaaaa…”). Trust me, THREE is enough. We get it! Thank you! Tanda baca, I tell ya, is a very powerful tool. Use it wisely, otherwise we’ll weaken its meaning, thus kill our own writing.


2. You’re about to write a novel, NOT A 50 PAGES of SMS! Inserting an sms text can be cute, especially when there’s a special purpose behind it. If that’s the case, by all means, go for it. But too much of it will be… well, too much. Keep that sms style in your own cellphone. Don’t torture your readers any further, they had enough already from their daily cellular interactions.


3. We’re writers, but don’t write’em all down. Trust our readers’ ability to imagine things. And give them some inspiring and convincing description, bukan sekadar deskripsi harfiah akibat malas mikir. A person laughs, okay, but we don’t need to read the “hahahaha”. A person’s heartbeat is racing, okay, but we don’t need to read the “dag-dig-dug”. A person walks through a dark alley, fine, but we don’t need to read the “sret-sret-sret”. A phone rings, please, save the “KRING! KRING! KRING!” for a toddler’s storybook.


4. Keep the dialogue efficient. Sometimes we try to so hard to create a lively situation, we forget that universe favors efficiency. We don’t have to write each, small responses like: “Ha?”, or “APA?!”, or “Huh!”. Do it when it’s really, really essential, and when we don’t have any better way to describe the character’s state of being. All good movies or tv series are efficient with wordings, for every minute counts. Every minute has to be captivating. Blah movies are not, that’s why we usually want to go out of the theatre within the first 15 minutes, or change the channel after ten seconds. Unless it’s really necessary and it serves a certain purpose, cut all excessive responses.


5. I cannot begin to tell you, and to remind myself, how important editing is. No, bukan cuma editorial bahasa. Tapi ritme dan penataan tempo adegan demi adegan—khususnya jika kita mengerjakan cerita bersambung, or a great romance/novel. Membaca novel, apalagi yang ekstra tebal, adalah perjuangan. Bagi saya, ini adalah salah satu aspek terberat yang harus saya kerjakan. Bagaimana mengatur adegan demi adegan dalam sebuah bab hingga selalu menyisakan umpan yang membuat pembaca untuk terus melanjutkan. And that’s what I’ve tried to learn from Candy-candy, Pop Corn, Ke Gunung Lagi… yakni bagaimana umpan-umpan yang kita miliki dapat tersebar dengan tepat hingga perjalanan novel itu tidak membosankan, dan selalu ada sesuatu yang dituju. In short, we have to create an addiction. I think this also differs good movies from crappy movies. The first builds a magnetic ride that sticks our butt to the theatre’s chair, the latter builds an imaginary farm with all white and fluffy sheep for us to count to slumberland.


6. Do you like sad ending? I don’t. I know some people who are just so into sad, tragic, black endings, which is completely okay, really. Not every story in real life ends up with a happy ending. Sad, tragic, black endings are real. But I just hate it when I’ve spent so much time and energy to finish up a book, a thick one, and finally stumbled with a sad, helpless feeling at the end. It just SUCKS! I’d like to feel empowered, inspired, and satisfied at the end of my struggle. A happy ending doesn’t have to be like the typical Hollywood where they just… have to… kiss. Argh. Happy endings can be made classy and subtle. All in all, I just don’t have the heart to devastate my readers with a sad ending, especially after I’ve dragged them to finish hundreds of pages. You better not too. Well, it’s your choice at the end of the day, but please warn me before I spend my good money on your suck ending.


7. This may be my exclusive, subjective experience, but I personally found that these things are counterproductive, distractive, and dangerous for our writing, for they may interrupt our working session, suck dry our energy, and taking up so much of our precious time. People, if you’re into serious writing where every hour counts, stay away from these poisons: FRIENDSTER, FACEBOOK, MY SPACE, MAILING LIST.


8. Seperti halnya anggur, tape, tempe, peuyeum, saya pun percaya bahwa tulisan adalah ‘makanan’ yang harus melalui proses fermentasi yang pas dan memadai untuk bisa matang. Terkadang proses fermentasi ini menjadi barang mewah saat kita dikejar deadline yang mepet. But trust me, this phase is very important. May it be a day or a week, give our writing a time to ripen. Close your manuscript and leave it untouched. Then, after a while, read it again and watch for yourself how the magic starts to happen. Yes. Your writing will reveal its true face. Most of the time, it gets uglier. But this is the true reality, and we need to face it. Justru pada saat tulisan kita menunjukkan wajah aslinya, kita punya kesempatan untuk memperbaiki apa-apa saja yang sekiranya kurang. Based on my experience, this fermentation process should be at least 5 days. Two weeks will be perfect.


9. Careful, though, the fixing process may seem endless. Each time we ferment our writing, we’ll always find some new things to fix. Jadi, biasanya saya hanya membatasi sampai tiga kali. Selepas tiga kali… just let it go. Ikhlaskan. Ini pun ujian yang cukup berat untuk para penulis, yakni: menarik garis usai. Sampai hari ini pun terkadang saya masih gatal ingin memperbaiki manuskrip Supernova, atau Filosofi Kopi. But I know, once they’ve ripened, we need to honor our writing as it is. Berhenti di satu titik usai, dan menerima karya kita apa adanya. Our flaws and imperfections may still be there, but embracing them means we embrace ourselves, including our mistakes and weaknesses. I tell ya one secret: no work is perfect. Makna kesempurnaan bagi saya bukan lagi karya tanpa cacat, melainkan penerimaan yang menyeluruh dan apa adanya.


Source:

http://www.facebook.com/notes/jia-effendie/tips-menulis-dee-lestari/10150406829465576


Saturday 26 March 2011

I Love Taking Pictures




We are in Kabaya




Traditional Foods

Cilok Borma Setiabudhi

Simple Salads by Hoka-Hoka Bento

Beef Cordon Bleu at Javan Steak Jl. Sulanjana

Ali Baba Pisang Ijo at Food Court Merdeka across BIP

Thursday 24 March 2011

I Miss You A Lot!

I am somehow thinking about my graduation photo shoot right now. I remember her. There will be no her at my graduation picture. Yap. I am falling tears while remembering that.

I feel her warmth. I know she's here. She never leaves me. Now, she is closer than she used to be when she was alive. She knows I miss her.

Now I can talk to her without knowing the time, because she's always beside me wherever I go. She always whispers something good to me.

It's done depending my self on her. Now it's time for her to count on me sending many prayers to her in her new place over there. Grandma :)

Wednesday 23 March 2011

The Food's Heaven in Bandung


It's like been a long time I have not published the posts about my culinary trip. Okay let's start again. In the current days, I had some culinary trips. These are the reports and the pictures of mine :)

Takoyaki at Kedai Ling-Ling jl. Cihampelas

Lekker Pisang Ijo in front of BPK Penabur, next to Istana Plaza

Chicken at Roswell Coffee Break at Istana Plaza

Pisang Ijo 'Just Mine' at MTC Margahayu

Kentang Bangkok at Car Free Day Dago

My Best Friends Forever

These recent days, we had time to always be together. How cute moment it was! It was three times in a row. These days we were being together having fun a lot!

Let me list the moment :)

This was the photoshoot moment after having a show of The Sophomore's.



This was the Dini's birthday party moment on Monday 21 March 2011
It was celebrated at Roswell Cafe & Coffee at Istana Plaza.



At last, this was our beautiful moment when attending The Creamy Carnaval at Ciwalk. We had fun and ate so many kinds of foods. The cutest moment was when we had to be in a looong queue to get Kentang Bangkok (The Spiral Potatoes Chips). Fantastic!






We are The Sophomore Vocal Group



This morning, we performed some songs at Marvelous Sunda, the annual event of culture fair of HIMARIS (Himpunan Mahasiswa Bahasa Inggris). That was our third performance after we made our group. The group consists of my best friends (Yessy, Dini, and Tania) plus Zenith, my close classmate. We are only singing for the event around Polban (Politeknik Negeri Bandung). We are still amateur singers :)


Her, her, and her

I had complete couples of grandparents; my mom's & dad's. Among them who I love the most is my grandma from my mom. She is the most grandparent I love and the first grandparent who has gone away :')

Every single second of my time, I always wonder, what is she doing right now? Does she miss me like I miss her a lot?

Does she know what I am feeling right know?
Does she know what I am doing right know?
Does she look at me from her new place over there?

Emak itu cuma tidur, dan pergi.
Emak masih ada disini.
Aku percaya.

Tuesday 22 March 2011

I Love You Grandma

Selamat jalan, emak. Semoga kasih sayang Allah selalu mengalir kepadamu. Aku sangat mencintaimu. Selamanya. Sepanjang hidupku. Hingga suatu saat aku dan dirimu berada di suatu tempat yang sama.

Saturday 19 March 2011

Teruntuk Tuhan yang jaraknya kini tak jauh dari nenekku


Tuhan, mungkin aku adalah seorang anak yang terkadang tak mendengarkan nasihat orang tuaku sepenuhnya. Namun percayalah Tuhan, bahwa tiada kasih sebesar kasih seorang nenek yang kini sedang kau dekati kepada seorang anak seperti aku. Aku harap Engkau membaca setiap rangkaian kata yang aku tulis.

Kepada Mu yang jaraknya kini tak jauh dari nenekku. Mungkin mereka sekelompok orang berbaju putih yang juga termasuk hambamu berkata bahwa nenekku tak akan lama lagi akan bertemu denganMu, tapi aku percaya kepadaMu bahwa takdirMu lebih indah daripada keputusan mereka.

Engkau Maha Mendengar, seorang nenek tua renta tak berdaya sedang berada di ruang yang tak seorangpun boleh menyentuhnya kecuali sekelompok orang putih itu. Ia sedang berjuang keras untuk menyanggupi takdirMu. Ia berbicara kepadaMu. Tuhan, tolong dengar bisiknya. Baik-baik.

Engkau Maha Tahu, terlalu banyak kenangan yang takkan bisa terhapus dari memori otakku sedari aku kecil hingga detik ini aku mengetik surat ini untukMu. Tak ada sedetik waktu dari dirinya yang jarum jam hentakkan untuk tidak memikirkanku. Cucunya. Ia yang tak pernah lupa untuk menghempaskan kata-kata pembangkit semangat saat Ia singgah ke rumah orangtuaku untuk bertemu diriku.

Engkau Maha Pencipta, terlalu banyak harapan-harapan indah yang sedang aku ukir untuk membelikan Ia satu senyuman yang akan berbunga di bibirnya. Senyuman yang akan Ia bawa hingga aku tua nanti.

Engkau harus tahu, Tuhan. Setiap ia mengucap salam untuk meninggalkan jejak kakinya di rumahku, selalu ke cium dan ku hisap wangi pipi dari kulitnya yang berhias oleh lipatan halus sisa usia yang Engkau berikan.

Engkau harus tahu, Tuhan. Setiap ia hendak pergi jauh ataupun sehabis menjemput rejeki yang diberikan olehMu, ia selalu menyelipkan beberapa lembar uang di saku bajuku. Tak banyak, Tuhan. Namun itu sanggup untuk mengisi celenganku yang suatu saat nanti akan kukembalikan kepadanya dengan jumlah berkali lipat dari ketulusannya.

Tuhan, telah aku tuliskan di dalam buku impianku untuk membawanya suatu saat nanti kepada impian yang sangat ia dambakan. Aku akan membawanya pergi untuk melihat hasil karya Mu yang luar biasa di bumi pertiwi ini. Aku ingin membawanya pergi mengelilingi Indonesia sebelum aku menerbangkannya menuju negara di sebrang.

Tuhan, telah aku tuliskan daftar nama yang akan pergi untuk menyaksikan aku memakai toga dan menerima buah hasil belajarku. Aku tahu kemampuannya melihat sudah berkurang, oleh karena itu aku telah menempatkannya di barisan terdepan agar ia mampu melihat dengan jelas wajahku yang berbinar dengan keharuan yang akan aku rasakan.

Tuhan, aku ingin ia melihat wajahku yang merona dan berseri saat penghulu dan calon suamiku kelak mengucapkan janji suci hingga akhir hayat itu. Aku ingin ia melihat betapa lucunya cicitnya yang nanti akan kuajari untuk mengucapkan kata “Emak” setelah ia bisa melafalkan namaku dan nama calon suamiku dengan baik.

Tuhan,

Suatu saat nanti, akan aku bisikkan satu kalimat ke telinganya dengan lembut,

“Mak, semua ini Puji lakukan untuk Emak.”

Tiada mata yg tak sembab di ruangan ini. Tuhan, sampaikanlah tiap doa kami yang tersublim menjadi tetes-tetes air mata ini ke langit.


Dari,

Seorang hamba yang menginginkan neneknya sembuh, agar ia bisa melihatnya lebih lebih lebih lama lagi.

Friday 18 March 2011

Dear Cloudy Day

What should I do? I have nothing to say right now.
Everything seems to become worse.

My grandma is sick,
The new path next to my house makes me uncomfortable,
and the worrying thing is that I have not had any chances to meet the person in the company whose letters are going to be analyzed.

Now, what am I supposed to do?

Ya Allah.. I have tried tried and tried.
I surrender everything to you.
Please hear my prayers.
Amiin.

New Surroundings


Everything changes, so does the surrounding. A new path next to my house has already been opened. I have to adapt with new noisy surroundings.

It'll be hard living in between two crowded paths plus very noisy situation, of course with untrustworthy surroundings. Yak! Harus lebih hati².

ya Allah, please heal my grandma. Amin.



My youngest sister, a four-year-aged, just said "emak mau mati". Subhanallah. What on earth happened? Ya Allah, please don't make her worse.

I wasn't there when grandma's gettin worse. Now, me & my sister are left by mom&dad. They turn to the hospital after dropping off my sister.

I don't know what exactly happened. Even my parents don't want to tell about it. I can't trust this little girl instead. Ya Allah, heal her.

This is the picture when she was getting better after about six days in the hospital. About 2 days after this, she could go home. But now, she gets worse, so then my parents and my relatives brought her to the hospital for the two times.



My Grandma and My Youngest Sister

My sister said "tadi mamah nangis". These heartbeats get faster. Ya Allah, I have a lot of promises to make her happy. Don't take her today.

I'm at home. I just could look forward to hear the news from mom at the hospital. Whoever who reads this, please pray for my grandma :'(

Thursday 17 March 2011

Loser Like Me



One more song that I heart from the 16th episode of Glee is the song that brings them into the first winner is Loser Like Me.


Think that I'm a zero
But hey, everyone you wanna be
Probably started off like me
You may say that I'm a freak show (I don't care)
But hey, give it just a little time
I bet you're gonna change your mind

All of the dirt you've been throwing my way
It ain't so hard to take
That's right (that's right)
'Cos I know one day you'll be screaming my name
And I'll just look away
That's right (that's right)

Just go ahead and hate on me and run your mouth
So everyone can hear
Hit me with the worst you got and knock me down
Baby I don't care
Keep it up and soon enough you'll figure out
You wanna be, you wanna be
A loser like me
A loser like me

Push me up against the locker
And hey, all I do is shake it off
Or get you back when I'm your boss
I'm not thinking 'bout you haters
'Cos hey, I could be a superstar
I'll see you when you wash my car

All of the dirt you've been throwing my way
It ain't so hard to take
That's right (that's right)
'Cos I know one day you'll be screaming my name
And I'll just look away
That's right (that's right)
[From: http://www.elyrics.net/read/g/glee-cast-lyrics/loser-like-me-lyrics.html ]

Just go ahead and hate on me or run your mouth
So everyone can hear
Hit me with the worst you got and knock me down
Baby I don't care
Keep it up and soon enough you'll figure out
You wanna be, you wanna be
A loser like me
A loser like me
A loser like me

Hey you over there
Keep the "L" up in the air
Hey you over there
Keep the "L" up 'cos I don't care
You can throw your stick
And you can throw your stones
Like a rocket just watch me go
Yeah
L-O-S-E-R
I can only be who I are

Just go ahead and hate on me and run your mouth
So everyone can hear
Hit me with the worst you got and knock me down
Baby I don't care
Keep it up and soon enough you'll figure out
You wanna be, you wanna be
A loser like me

Just go ahead and hate on me and run your mouth
So everyone can hear
Hit me with the worst you got and knock me down
Baby I don't care
Keep it up and soon enough you'll figure out
You wanna be, you wanna be
A loser like me
A loser like me
A loser like me
A loser like me
A loser like me

Get It Right (Glee) Lyric



I really adore this song! Rachel is so gorgeous singing this song and so all out. Here I post the lyric:


What have I done? I wish I could
Away from this ship goin' under
Just tryin' to help, hurt everyone
Now I feel the weight of the world is
On my shoulders

What can you do when your good isn't good enough?
When all that you touch tumbles down?
'Cause my best intentions keep making a mess of things
I just wanna fix it somehow

But how many it times will it take?
Oh, how many times will it take for me?
To get it right
To get it ri-igh-ight

Can I start again with my faith shaken?
'Cause I can't go back and undo this
I just have to stay and face my mistakes
But if I get stronger and wiser
I'll get through this

What can you do when your good isn't good enough?
When all that you touch tumbles down?
[From: http://www.elyrics.net/read/g/glee-cast-lyrics/get-it-right-lyrics.html]
'Cause my best intentions keep making a mess of things
I just wanna fix it somehow

But how many it times will it take?
Oh, how many times will it take for me?
To get it right
To get it ri-igh-ight

So I throw up my fist
I will punch in the air
And accept the truth that sometimes life isn't fair
Yeah, I'll send out a wish
Yeah, I'll send up a prayer
And finally, someone will see
How much I care!

What can you do when your good isn't good enough?
When all that you touch tumbles down?
'Cause my best intentions keep making a mess of things
I just wanna fix it somehow

But how many it times will it take?
Oh, how many times will it take for me?
To get it right
To get it ri-igh-ight