Di kotamu, langit menanti kecupan-kecupan kita, tepat di bawah ranum senja.
Di kotamu, rindu akan berlarian mengejar larik-larik awan, melepaskan semua yang atas nama cinta.
Di kotamu, mungkin lampu-lampu jalan terlihat seperti pelita yang berkabut, gigil rindupun tak lagi membuat kita takut.
Di kotamu, rindu adalah gelas-gelas bir yang kedinginan dibawah gerimis, kepul asap rokok yang menjilat langit2 sambil menangis.
Di kotamu, rindu mengalir dari bibirku menuju telingamu, dengan bisikan yang tak mampu didengar malaikat sekalipun.
Di kotamu, rindu hanyalah tilas ciuman yang tak hilang sampai pagi.
Di kotamu, rindu hanyalah harum yang kuhirup dalam-dalam dari kelam rambutmu yang acak-acakan sisa semalam.
Di kotamu, rindu akan kuninabobokkan dengan nyanyian debar jantungmu.
Di kotamu, kita menabuh genderang pesta yang riuh, menunda kesedihan masing-masing.
Di kotamu, aku akan membunuh rindu di sela harum bibirmu yang kupagut perlahan.
Di kotamu, aku akan merekam setiap kedipan matamu, lalu kuingat sampai tertidur.
Di kotamu, para pemburu berlomba mematikan rindu, sementara aku dan kamu saling berbagi ciuman dalam diam.
Di kotamu, aku adalah kekasih yang kehabisan cara untuk berhenti mencintaimu.
Karya: @muhadkly
No comments:
Post a Comment