Pertemuan keempat dengan dia. Kali ini kita berencana untuk mengunjungi tempat tinggalnya Steven di Wulai. Kita merencenakan hal ini karena jauh sebelum kita bertemu untuk pergi ke Sanxia, saya selalu menawarkan Steven untuk mau mengajak saya keliling Wulai, tempat tinggalnya, karena saya dengan tempat itu merupakan salah satu tempat yang harus dikunjungi di Taipei.
Rencana awalnya, perjalanan ini hanya terdiri dari saya dan Steven saja. Tapi berhubung teman saya, Yaw Boon, sudah kembali ke Taipei dari Yun Lin, jadi apa salahnya saya juga mengajak dia pergi bersama. Setelah saya memikirkan hal-hal yang lebih jauh dan lebih personal, saya rasa saya salah telah mengajak Yaw Boon pergi bersama saya ke Wulai. Jika hanya ada saya dan Steven, mungkin perjalanan saya di Wulai akan jauh lebih menyenangkan dan menarik. Tapi apa daya. Nasi sudah menjadi bubur. Namun.. Dari sinilah keyakinan saya sedikit goyah. Dimulai dari sini, hati saya lebih memilih untuk bersama Yaw daripada Steve. Dan kebetulan, Steve selalu membuat jarak agar saya dan Yaw bisa berdekatan. Mungkin ia tidak memiliki tujuan apapun. Mungkin karena kita berdua adalah tamu bagi Steve, jadi ia lebih memuliakan kita berdua, dan jadilah kesannya lebih ke pasangan daripada ke tamu.
Di Wulai, tidak banyak kejadian romantis yang saya alami antara saya dengan Steven, karena saya lebih meluangkan waktu sendiri berhubung Steven dan Yaw selelu memilih untuk mengobrol berdua. Lagipula, Steve selalu menyisakan tempat untuk saya dan Yaw berdua. Ditambah saya memang lebih menikmati alam di Wulai daripada mengobrol dan memperhatikan Steve dan Yaw.
Kejadian seru yang saya alami selama di Wulai adalah ketika berada di perjalan pulang ke Taipei. Saya, Yaw, dan Steve berdiri berdempetan di bis yang rute jalannya sangat berliku membuat kita bertiga terguncang. Lucu dan heboh sekali. Ditambah dengan obrolan saya mengenai daging babi yang membuat mereka tertawa. Saya berakting seolah saya pernah makan daging babi pada saat saya mencicipi ayam gunung yang saya beli di Wulai. Pada saat itu, Steve melarang saya dengan sangat keras untuk tidak meminum alkohol dan juga daging babi. Ia bertindak sangat posesif dan saya suka.
Kejadian yang tak terlupakan juga terjadi pada saat kita bertiga berada di asrama Steven. Saya memberikan ia dua bungkus mie goreng khas Indonesia, karena ia selalu membicarakan mie goreng dan ia sangat menyukai jenis mie khas Indonesia tersebut. Ketika saya pergi ke dapur dan memberikan mie tersebut kepada dia, dengan sanggat gembira Steven tiba-tiba memeluk saya sambil mengucapkan banyak terima kasih. Saya sedikit terkejut, tapi saya senang melihat dia senang. Dan sebelum kita meninggalkan asramanya, Steven memainkan sebuah piano dengan melodi yang sangat sempurna cantiknya. Saya sangat terkesan! Sampai sekarang, saya pun masih sering memainkan video yang saya rekam ketika ia memainkan melodi tersebut di pianonya.
Wulai tak akan pernah saya lupakan..
perjalanan yang mengasikkan
ReplyDelete