Di pertemuan kelima ini, ini adalah hari yang bertepatan dengan kepulangan sahabat setia saya selama saya di Taiwan. Ia kembali ke negara asalnya di Vietnam. Saya sangat sedih. Saya tidak tidur semalaman karena ingin menghabiskan waktu terakhir bersama teman sekamar saya. Selain itu, yang membuat saya sedih adalah saya menyadari bahwa saya akan tinggal benar-benar sendiri di asrama saya. Sahabat saya take off sangat pagi, dan saya merasa tidak ingin kembali ke asrama sepagi itu. Saya mencoba menghubungi teman saya, Yaw Boon, tapi tak ada jawaban. Ingin sekali saya menghubungi Steven, tapi rasanya malas sekali. Setelah kejadian semalam di Farewell Dinner untuk Anh, sahabat saya, ia bersikap sangat menyebalkan. Meskipun beberapa menit sebelum Farewell Dinner kita menghabiskan waktu bersama dengan sangat menyenangkan di Wulai, tetap saja kejadian tersebut membuat saya sedikit ilfill kepada Steven. Dia ingin sekali bertemu dengan teman Australianya pada malam itu, dan saya menyarankan dia untuk pergi ke bandara agar bisa menemuinya terakhir kali. Tapi sampai pagi itu, Steven belum juga mengabari saya bahwa ia akan pergi ke Bandara, padahal itu adalah ide saya dan saya yang mengajukan dan mengajak.
Setelah hampir 20 kali saya mencoba menelpon Yaw, akhirnya ia mengangkat telepon saya. Sayangnya saya tidak bisa menemuinya pagi itu. Kita berencana untuk bertemu siang hari di Taipei Main Station. Hari itu rencana kita adalah pergi ke bandara. Selain untuk melihat Jia Min, teman Australia kita, untuk yang terakhir kali, kita juga akan menjemput adik-adiknya Yaw yang sengaja berlibur ke Taiwan.
Sesampainya di main station, saya tidak bisa bertemu Yaw langsung karena ia harus pergi ke Ximen untuk check in. Ia sebenarnya menyarankan saya untuk segera bertemu Steven yang memang juga sudah sedari tadi di main station, tapi saya malas sekali. Karena saya mati gaya setengah mati, maka dengan berat hati akhirnya saya menelpon Steven dan menemuinya. Kita bertemu di depan Starbuck Cafe.
Detik-detik di momen ini, saya sangat membenci Steven. Saya pasang muka sangat jutek. Ia bersikap seolah-olah benar-benar mengacuhkan saya yang jelas-jelas sudah memberi ide untuk berangkat bersama ke bandara. Steven sangat datar sekali. Dia pun menganggap masalah saya yang akan tinggal sendirian di asrama menjadi masalah yang biasa saja. Padahal asrama dan letak tempat tinggal saya tidak seenak dan senyaman dia. Tapi dia memang benar-benar hambar.
Beberapa menit kemudian, Yaw pun tiba. Kita bertiga melanjutkan perjalanan menuju bandara. Cukup jauh. Membutuhkan satu jam perjalanan menuju ke Taoyuan International Airport. Selama di perjalanan, keadaan sedikit mencair karena Steven duduk di sebelah saya dan kita selalu melakukan kontak mata berdua. Yaa.. Memang semenjak kejadian semalam di Farewell Dinner dimana Anh sengaja membuat hubungan antara saya dan Steven sebagai lelucon, Yaw jadi menyadarinya. Yaw jadi selalu memberikan jarak agar Steven bisa berduaan bersama saya. Begitulah yang terjadi di bis. Saya dan Steven berdekatan.
Sesampainya di bandara, kami bercengkaram dengan Jia Min, dan juga menjemput adik-adik Yaw. Kita berencana untuk membawa kedua adik Yaw mengelilingi Taipei terlebih dahulu. Akhirnya kita pun memutuskan untuk pergi ke CKS Memorial Hall dan mengunjungi Night Market di Longshan Temple. Mereka berencana untuk mencicipi sup ular. Unik sekali.
Selama perjalanan, saya kurang menikmati momen-momen disana. Steven banyak mengobrol dengan Yaw dan mengabaikan saya dengan kedua adiknya. Saya belum begitu akrab dengan kedua adiknya, tapi saya mencoba mengakrabkan diri dengan adik perempuannya berhubung saya merasa diabaikan oleh mereka berdua.
Tidak banyak kejadian romantis selama disini, tapi yang pasti kejadian romentis kecil-kecil yang mungkin terabaikan dan tak tersadari mungkin banyak. Kontak mata yang selalu dilakukan Steven, bahasa halus yang saya tunjukkan, dan obrolan kecil antara kita berdua selalu ada tiap kita bertemu dan jalan bersama.
Di hari itu, Yaw bahkan lebih perhatian daripada Steven. Dia selalu menawarkan jaketnya ketika saya mengeluh kedinginan, Dia selalu meminta maaf berkali-kali dan memohon ijin setiap ia akan makan daging babi di depan saya. Dan dia pun selalu menanyakan kabar saya sebelum saya pulang dan setelah saya sampai di rumah. Saya suka Yaw, tapi mungkin ia sedikit sungkan setelah kejadian di farewell dinner tersebut. Tapi tak apalah. Saya sayang mereka berdua seperti kakak saya sendiri. Yang saya miliki hanya mereka berdua pada saat itu, karena semua peserta exchange telah kembali ke negaranya masing-masing. Itulah mengapa kita selalu menyusun rencana untuk mengunjungi suatu tempat bersama. Kita bertiga sangat kompak.
No comments:
Post a Comment