ada beberapa hal mengapa saya menggunakan bahasa Indonesia untuk menceritakan hal ini. Saya mempunyai pengalaman menarik mengenai kehidupan saya yang berkaitan tentang agama.
Hari ini saya masih di Taipei. Hari ke 8 di Taiwan. Saya tinggal sekamar bersama teman saya dari Vietnam yang bersekolah di Australia, dan juga bersama teman saya (berbeda kamar, tapi masih satu asrama) yang berasal dari Brunei tapi bersekolah di Malaysia. Anh beragama katolik dan Chui dari Brunei keturunan China. Anh, teman sekamar saya selalu bertanya kenapa saya harus memakai jilbab, kapan saya bisa melepaskan jilbab saya, kenapa saya tidak bisa memakan daging babi, kenapa saya harus selalu bersih, kenapa saya mencuci baju 2 kali, kenapa saya harus ibadah 5x sehari, kenapa saya harus menghadap ke arab, kenapa saya harus banyak gerakan dalam ibadah, kenapa saya harus memakai pakaian kendur saat ibadah, kenapa saya harus mandi setelah mengakhiri period (datang bulan) saya sebelum saya ibadah, kenapa harus banyak aturan dan larangan di agama saya.
Saya jujur, saya kerepotan.
Saya bisa menjawab pertanyaan dia, tapi saya kesulitan menjawab semua pertanyaannya dalam bahasa Inggris. Kalian tahu? Terkadang, untuk memberikan penjelasan mengenai islam kepada teman sendiripun itu sulit. Padahal teman sendiri adalah sama-sama islam, dan saya menjelaskan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Tapi jujur, itu sulit.
Saya memang pernah tinggal di pesantren dan belajar mengenai islam kurang lebih sekitar 5 tahun. Tapi, agama saya tidak sebagus yang kalian bisa pikir. Mungkin untuk diri saya sendiri, saya bisa memanfaatkannya. tapi saya masih kesulitan untuk memberikan pencerahan kepada orang lain.
Untuk menjawab semua pertanyaan teman saya ini, saya hanya menjawabnya dengan jawaban yang singkat dan umum. Mungkin tidak begitu memuaskan dia. Tapi minimal dia memiliki banyak gambaran mengenai muslim dan islam setelah bertemu dengan saya.
Berkat program pertukaran pelajar ini, saya sungguh merasa bersyukur tinggal dan dilahirkan di Indonesia. Kalian tahu? saya berpikir bahwa saya cukup tahu banyak mengenai Vietnam dan negara-negara lain yang juga anggota ASEAN. Ya.. saya pernah mempelajari detil-detil mengenai negara-negara di ASEAN sewaktu saya SMP. Saya rasa saya sudah tahu banyak, ternyata saya salah..
Masih banyak hal yang saya tidak tahu mengenai negara-negara tetangga Indonesia. Bahkan Vietnam sekalipun, negara yang saya pikir perbedaannya tidak terlalu banyak dengan Indonesia ternyata kehidupannya sangat berbeda. Di vietnam, jarang sekali ada muslim. Teman sekamar saya oun mengakui bahwa dia belum pernah melihat seorang muslim bersembahyang. Sewaktu saya tanya apa di Vietnam juga banyak daging babi seperti di Taiwan, dia menjawab iya. Bisa kita bayangakan, jika kita seorang muslim dan tinggal di Vietnam. Pasti akan sangat sulit. Mengapa tidak? Saya tinggal di Taiwan untuk pertukaran pelajar disini. Saya muslim dan saya sangat merasa kesulitan untuk sembahyang, makan tanpa babi, dan juga bersih tanpa anjing dan kotorannya. Disini hampir tidak ada masjid, setiap restoran disini pasti menggunakan babi di dalam hidangannya, dan anjing ada dimana-mana beserta kotoran-kotorannya. Bisa kita bayangakan betapa sulitnya kehidupan kita untuk menjadi serba suci dan bersih dari najis mughaladzah.
Tidak ada banyak yang saya ingin sampaikan. Saya hanya sekedar sharing mengenai pengalaman apa yang saya rasakan sekarang. Bersyukurlah kita seorang muslim dan lahir di Indonesia. Teman saya pun tidak tahu di negara mana saja yang memiliki popularitas muslim. Bahkan Turki yang dianggap sebagai negara islam sekalipun, penduduknya tidak banyak yang sembahyang walaupun mereka muslim. Yaa, karena mereka negara liberal. Mari kita bersyukur bersama-sama karena kita punya Allah yang Maha Kuasa yang telah memberikan kita jalan dan takdir yang terbaik. Percayakanlah segalanya kepada Allah. Niscaya hidup kita semua akan selalu baik dan damai. Amin.
Shadaqallahuladzim..
No comments:
Post a Comment