Hidup saya selama pertukaran pelajar sangat baik. Saya puas dengan segala sesuatu yang ada disini. Dimulai dari keramahan pendudukan lokal dan juga staff di sekolah, harga barang, apalagi kelezatan masakan-masakan asli taiwan nya. Satu hal yang saya sering keluhkan. Teman.
Mungkin teman bisa menjadi sesuatu hal yang biasa di kehidupan seseorang. Tapi tanpa kita sadari, teman memberi pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan kita. Orang tua bisa saja tidak seratus persen mengetahui apa yang kita rasakan. Terkadang ada suatu hal yang tidak bisa kita ceritakan kepada orang tua kita karena hanya kita yang muda lah yang bisa mengerti. Oleh karena itu, kepada teman lah kita mengadu. Penting perannya, bukan?
Teman saya ini memang tidak selalu menjadi tempat saya mengadukan segala keluh kesah saya. Dia hanya teman sekamar, dan juga teman satu asrama. Tapi bisa kalian bayangkan betapa ia memberi pengaruh besar terhadap kehidupan saya disini. Saya sedang berada di negara orang lain. Saya datang dari negara asal saya sendirian, dan saya hanya punya dia.
Kemanapun saya pergi, saya akan pergi bersama dia. Apapun yang saya lakukan, saya lakukan bersama dia.
Yang saya keluhkan adalah, saya lemah terhadap dia. Saya tidak bisa menolak apapun yang ia minta. Saya memang agak kesulitan dalam berkomunikasi. Dalam pikiran saya, berkata 'iya' lebih mudah daripada berkata 'tidak'. Karena pada saat saya setuju, saya tidak perlu mengajukan pendapat saya yang mengelak pendapat dia. Dengan adanya hal ini, mungkin menjadi alasan mengapa ia sering menyuruh saya. Ya. dia semacam memanfaatkan kebaikan saya. Memang.. Baik dan bodoh itu terkadang tidak ada bedanya.
Saya sering keluhkan ini kepada teman-teman saya di negara asal saya. Komentar mereka lucu dan unik sekali. Saya berusaha untuk berubah. Tapi itu sulit. Karena aktifitas yang kita lakukan itu-itu saja. Sehingga sikap dan sifat pun tidak bisa berubah. Hingga pada saatnya kita menghadiri konferensi di suatu tempat terdingin disini... Semuanya berubah.
Saya sedikit melakukan dendam manis kepada teman dekat saya yang saya pikir sinis kepada saya. Saya senang bertemu dengan orang-orang baru. Saya senang membuat sensasi dan menarik perhatian. Saya berputar kesana-kemari untuk melakukan pendekatan kepada semua orang dari berbagai negara disini. Saya tinggalkan teman saya. Dan kalian tau apa yang terjadi? Dia terus merengek meminta saya untuk selalu bersama dia. Saya tidak mau.. Saya tidak jahat kepada dia. Sikap saya selalu halus. Saya hanya tidak terlalu menanggapi saja.
Untuk teman saya satu lagi, saya tidak terlalu memeperhatikan dia. Dia sudah memiliki cukup banyak teman disini karena dia mampu berbahasa china dengan sangat baik. Dia selalu bergabung dengan grup yang cukup populer di ruangan ini.
Selama acara berlangsung, jika ada kesempatan bagi saya untuk tampil, saya selalu tampil dan menarik perhatian semua peserta di ruangan. Yaa.. saya memang yang paling berbeda diantara mereka semua. Saya satu-satunya muslim disitu dan saya satu-satunya wanita yang memakai jilbab. Kesempatan besar untuk mencari banyak teman.
Pada saat acara berlangsung, saya sangat senang bertemu dengan teman yang berasal dari negara yang sama. Meskipun dia bersekolah di negara lain, tapi saya setidaknya memiliki teman yang saya bisa memakai bahasa asal saya untukk berkomunikasi. Saya meneceritakan sedikit keluh-kesah saya mengenai teman dekat saya selama projek ini. Dia mendengarkan dengan sangat baik dan sangat bijaksana. Dia lucu. Dia penyayang. Saya sangat senang bertemu dengan dia. Setidaknya saya bisa lebih dekat dan lebih bebas untuk berdikusi dengan dia daripada dengan teman projek saya sendiri.
Dua hari sudah konferensi ini berjalan, dan sepulang dari konferensi itu semuanya berubah...
Teman dekat yang saya sinis kepada saya, dia mulai menunjukkan kelemahannya di depan saya. Perlahan-lahan, dia mulai sadar kekuatan saya dan mulai tunduk dan mengahargai apa yang saya ucapkan dan yang saya lakukan. Dia mulai mau mendengarkan semua perkataan saya. Kita bercerita banyak sepanjang perjalan pulang. Cerita yang kita diskusikan mulai mengarah kepada hal-hal yang dalam dan krusial (menurut saya). Kita membicarakan satu sama lain mengenai karakter orang-orang, terutama karakter orang-orang yang ada dann hadir selama konferensi. Yaa.. Kita semakin akrab. Kearaban seseorang bisa dinilai dari seberapa personal atau spesific topik yang didiskusikan.
Selain itu, teman saya yang saya anggap baik dan ramah sekali kepada saya berubah seperti hanya sedang mencari muka di depan orang banyak. Selama konferensi berlangsung, ia tak banyak bicara dengan kami. Saya memang tidak terlalu menyadari hal ini pada saat itu, karena saya sendiri pun sibuk mencari perhatian orang-orang disana; melakukan berbagai macam diskusi yang saya perkenalkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan dari negera masing-masing.
Selama perjalan pulang, teman sekamar saya membicarakan tentang teman yang saya anggap baik ini. Yaa.. Ia semacam bermuka dua. Ia manis sekali di depan grup populer di konferensi tersebut. Teman sekamar saya ini mengingatkan kembali kejadian pada saaat kita jalan-jalan bersama di shopping center. Teman yang saya anggap baik ini bahkan sama sekali tidak ingin berfoto bersama kita. Mungkin kita termasuk orang-orang yang tidak populer di mata dia. Yaa.. Dan saya baru menyadari hal itu semua. Beruntungnya saya tidak sempat bercerita mengeluhkan tentang apa yang saya rasakan terhadap teman sekamar saya kepada dia.
Teman sekamar saya menyadarkan hal ini kepada saya. Dia banyak memperhatikan orang lain selama konferensi, karena memang ia tidak banyak berbicara dan menjalin banyak pertemanan selama konferensi berlangsung.
Setiap hal bisa berubah dalam seketika, dan kita harus siap menghadapi perubahan tersebut kapanpun. Karena kita tidak akan tahu kapan perubahan itu akan datang dan terjadi.
Namun, jika kita ingin hidup kita berubah, kita harus melakukan suatu perubahan. Apa yang saya lakukan di konferensi itu ternyata sekarang menjadi hal yang baik, bukan? memang terkadang kita perlu meberikan semacam dendam manis kepada orang yang telah melecehkan kita; agar ia tau bahwa kita itu memiliki kekuatan dan kita itu tidak bisa untuk selalu ditindas.
Ada beberapa hal yang saya pelajari dari diskusi yang saya lakukan selama perjalanan pulang bersama teman sekamar saya.
1. Teman berbeda dengan sahabat. Pada saat kamu berkenalan dan mebuat banyak perkenalan pada saat konferensi, mereka itu hanya teman, bukan sahabat. "Pada saat kamu kembali ke projek, tetap saja aku akan selalu bersama kamu kapanpun dan dimanapun", ucap teman sekamar saya.
2. Jangan pernah takut dianggap pengecut. Menjadi pengikut itu melelehkan. Jangan hanya karena kamu ingin terlihat hebat dan populer, lalu kamu mengikuti si grup populer itu kemanapun mereka pergi. Jadilah diri kamu sendiri. Kamu bisa hidup tanpa perlu menjadi populer.
3. Jangan mudah mempercayai seseorang. Apapun bisa berubah tanpa kita tahu kapan sesuatu itu akan berubah. Tidak semua orang bagus dalam berpura-pura, tapi bisa saja banyak di sekitar kamu orang-orang yang bermuka dua dan selalu berpura-pura dan berubah-ubah sikap kepada siapapun dan kapanpun dia mau.
4. Siaplah menerima perubahan. Tunjukkan kekuatan kita. Jangan mau dilecehkan orang lain> setiap orang terlahir dengan derajat yang sama di mata Tuhan. Tunjukkan bahwa kamu bisa.
Kita memang tidak baik menghakimi seseorang. Kita bukan siapa-siapa. Mungkin saja kita juga tidak lebih baik dari orang yang kita bicarakan. Namun, ambillah pelajaran baik dari setiap hal yang kamu rasakan, sehingga kamu bisa merubah hal apapun menjadi bermanfaat.
:)
No comments:
Post a Comment