Friday 30 December 2011

Exchange-Life Experience #29

Kamis, 29 Desember 2011
Hari ini jadwal saya cukup padat. Saya harus mengajar 3 periode untuk anak tingkat 1. Mengajar anak tingkat satu memang perlu kekuatan ekstra. Bagaimana tidak. Kita harus sangat aktif dan menarik sehingga mereka bisa memperhatikan. Maklum, mereka masih sangat kecil. Tapi menurut saya, mengajara anak tingkat satu itu tidak sesulit mengajar anak tingkat 5 level low. Anak tingkat satu sangat memperhatikan gurunya di depan, tidak seperti anak tingkat 5 level low yang malah mengobrol atau bahkan bertengkar selama pelajaran berlangsung.

Jadwal mengajar saya dimulai dari jam 10.30 di kelas 5 level low selama 2 periode, dilanjut dari sehabis break take a nap dengan materi di kelas 1 untuk 3 kelas yaitu kelas 1A, 1B, dan 1C per jamnya.

Hari itu banyak pelajaran yang saya dapat. Setelah kemarin saya berhasil menaklukan kelas level low, hari ini pun saya sudah siapkan banyak senjata untuk menaklukan mereka. Saya sudah mempersiapkan materi-materi dasar yang mudah diserap oleh mereka. Benar saja, keadaan kelas semakin membaik. Hampir seluruh murid mencerna dengan baik materi yang saya berikan. Hari itu saya menjelaskan materi mengenai Body Parts. Semua murid memperhatikan kecuali dua anak pembuat onar di kelas saya itu. Bukan hanya hari ini, minggu lalu pun mereka selalu begitu. Minggu lalu, si anak laki-laki berkulit gelap berteriak dan menangis dan si anak kurus selalu mondar-mandir tidak memperhatikan pelajaran. Kali ini, si anak kurus selalu mengajak ngobrol temannya dan selalu mengulang kata-kata yang sudah jelas salah. Perilaku dia seperti mengejek saya. Bukan dia tidak tahu, tapi dia hanya ingin membuat onar di kelas. Sama seperti si kurus, si kulit gelap pun tidak pernah memperhatikan. Tatapan mukanya tidak sebodoh si kurus, tetapi si kulit gelap lebih sinis dan mengejek sambil berkata sesuatu kepada teman sebangkunya setiap saya melewati bangkunya. Kali ini, saya tegas. Saat saya menjelaskan dan para murid merespon tapi si kurus ini selalu menjawab asal, saya datangi kursinya dan saya pasang tatapan muka garang sambil memarahinya. Saya tau dia tidak mengerti apa yang saya ucapkan, oleh karena itu saya hanya menaikan nada dan mengerutkan wajah saya menandakan bahwa saya benar-benar marah. "everyone goes to school is for studying. Look at your friends! They are really concentrating on the materials, but you disturb them so much. If you don't understand, don't even make any useless noises. You just disturb them!", kurang lebih seperti itu. Saya ingin sekali menyuruh murid-murid yang tidak tahu diri itu diam di luar. Mereka sangat menganggu teman yang lain yang ingin belajar. Bodoh itu biasa, bisa diperbaiki. Tapi sulit untuk mendidik orang bodoh dan juga tidak mau belajar atau berusaha. Apalagi malah mengganggu anak-anak yang lain dan membuat onar.

Selama pelajaran berlangsung, kedua anak tersebut tidak ada sopan-sopannya sama sekali. Ditambah dia mengajak temannya yang lain untuk melakukan hal yang sama seperti dia. Sehingga pada saat itu, makin lama makin bertambah murid yang tidak ingin memperhatikan. Kejadian mulai panas ketika mereka malah saling lempar bola tenis. Sampai akhirnya bola tenis tersebut jatuh di kaki saya, dan saya ambil bola tenis tersebut. Kedua anak itu sangat geram, tapi saya tidak peduli. Saya melanjutkan pelajaran. Saya memberikan kuis teka-teki di atas kertas. Saya bagikan kepada siswa satu persatu. Yaa.. Bisa ditebak. Kedua murid dan bahkan murid-murid yang lain yang memang kapasitas otaknya tidak bagus pun tidak mengerjakan kuis tersebut. Akhirnya saya pasang jawabannya di atas smartboard untuk memudahkan mereka.

Tidak seperti di kelas Rachel, di kelas Candy, anak yang nakal tidak diberi hukuman, dan Candy pun memang sangat ramah. Terlalu ramah, malah. Keadaan menuju puncaknya ketika beberapa menit kemudian sebelum jam berakhir, sang murid berkulit gelap meminta bolanya kembali kepada Candy, lalu Candy memarahinya. Sang murid tetiba saja melempar bola tersebut di hadapan Candy sambil menyumpah atau mungkin memaki Candy. Saya tidak mengerti karena mereka berbicara dalam bahasa cina. Seketika itu sang murid menangis sambil memandang sinis kepada Candy seolah Candy berbuat salah. Saya ingin sekali menghajar anak itu. Kenapa bisa, seorang anak badung tapi gampang sekali menangis. Minggu lalu menangis, sekarang pun menangis. Oh Tuhan.. Semoga anak saya tidak seperti itu nantinya. Saya melihat wajah Candy. Ia seperti sangat kesal. Beberapa menit sebelum murid dipersilahkan keluar, Candy menahan kedua naka itu. Yaa.. Candy menahan kedua anak itu setelah saya membicarakan mereka saat siswa masih ditahan di kelas sebelum kembali ke kelas asal mereka masing-masing. Candy memberi beberapa petuah dan kedua murid tersebut selalu menyaut balik. Saya melihat wajah Candy. Ia seperti sedang menahan tangis. Saya merasakan apa yang Candy rasakan. Sungguh merasa terhina, saya rasa. Mereka berbicara dalam bahasa Cina. Setelah hampir 8 menit, Candy menyuruh mereka meminta maaf kepada saya, dan saya pun merespon mereka. Kelas berakhir, kelas kosong. Waktunya makan siang tiba. Saya berbincang-bincang sedikit kepada Candy. Yaa. Tidak mudah mengubah mental dan tindakan mereka.

Sesampai di kantor, saya berbicara banyak menganai hal ini kepada Anh. Intinya adalah.. "saya disini hanya sebagai guru selingan. Tugas saya adalah memberi materi yang bersifat FUN kepada mereka. Tapi saya merasa sedih terhadap Candy. Terhina sekali oleh murid-murid nakal itu. Saya tidak mungkin mengajarkann mereka bagaimana bersikap seharusnya. Kita hanya guru exchange. Kita bukan orang yang tepat."

Jam makan siang tiba, saya kembali ke asrama untuk shalat dzuhur. Sudah dua hari ini, saya menggunakan waktu taking a nap saya untuk berlatih nari. Minggu depan saya harus tampil di Student Activity Center. Minggu ini, Anh tampil dengan gerakan dann lagu dari "if you're happy and you know it clap your hands". Minggu depan, saya berencana tampil dengan tarian mirip gerakan tarian saman dengan lagu Laksmana Raja di Laut. Betapa beruntungnya saya memilih anak-anak grup menari di kelas 6 ini. Mereka bisa dengan sangat cepat menyerap gerakan-gerakan yang agak rumit sekalipun. Sudah dua hari semanjak hari Rabu, kita latihan.

Jam waktunya mengajar anak kelas satu, tiba. Saya mengajarkan materi yang saya di tiap period di bagian kelas berbeda. Saya mengajarkan materi number dari satu sampai sepuluh, menyanyi 'Little Numbers', menari 'Dancing Christmas Tree', dan bercerita 'Little Red Riding Hood'. Suara saya hampir serak, tapi saya BERHASIL. alhamdulillah. Hari ini selesai =)

Malam ini tidak seperti malam biasa. Saya dan teman sekamar saya mulai membicarakan hal-hal yang sangat pribadi, yaitu membicarakan sifat orang lain di sekolah ini. Yaa.. Semua hal disini serasa perlahan-lahan semakin berubah. Apa yang kita pikir baik, sekarang kejelekannya berasa terungkap. Dari mulai sifat supervisor, sifat sang guru kelas 2 Angel, dan juga guru-guru lain. Memang lebih banyak keburukan daripada kebaikan yang dimiliki oleh orang asing. Bayangkan saja jika ada orang yang menumpang di rumah kalian. Pasti kalian akan banyakk menemukan keburukannya daripada kebaikannya. Apalagi kita bangsa Asia. Semua serba manis diluar, tapi busuk di dalam. Sebulann sudah berlalu, semua mulai berubah. Entahlah.. Semoga ini hanya pikiran kita saja.

No comments:

Post a Comment